ilmu kalam (tauhid)

Definisi ilmu kalam

Ilmu kalam adalah ilmu yang membicarakan tentang wujudnya tuhan (allah), sifat-sifat yang mesti ada pada-Nya, sifat-sifat yang tidak ada pada-Nya dan sifat-sifat yang mungkin ada pada-Nya dan membicarakan tentang Rasul-rasul Tuhan, untuk menetapkan kerasulannya dan mengetahui sifat-sifat yang mesti ada padanya, sifat-sifat yang tidak mungkin terdapat padanya (lihat Risalat at-Tauhid).

Ilmu kalam juga dinamakan ilmu tauhid. Arti tauhid ialah percaya kepada tuhan yang maha esa  (mengesakan Tuhan), tidak ada sekutu-Nya. Ilmu kalam dinamakan ilmu Tauhid, karena tujuannya ialah menetapkan keesaan Allah dalam zat dan perbuatan-Nya  dalam menjadikan alam semesta dan hanya allah yang menjadi tempat tujuan terakhir alam ini. Prinsip inilah yang menjadi tujuan utama daripada keutusan Nabi Muhammad s.a.w.

Sebab-sebab berdirinya ilmu kalam

Kita tidak akan dapat memahami persoalan-persoalan ilmu kalam sebaik-baiknya kalau kita tidak mempelajari faktor-faktor  yang mempengaruhi timbulnya,  kerjadian-kejadian politis dan historis yang menyertai pertumbuhannya. Faktor itu sebenarnya banyak, akan tetapi dapat digolongkan kepada dua bagian, yaitu faktor-faktor yang datang dari dalam islam dan kaum Muslimin sendiri dan faktor-faktor yang datang dari luar mereka, karena adanya kebudayaan-kebudayaan lain dan agama-agama yang bukan islam.

Perbedaan metode antara ilmu kalam dan filsafat

Perbedaan itu ada dan berkisar dalam dua hal:

  1. Mutakalimin lebih dahulu percaya kepada pokok persoalan dan mempercayai kebenarannya, kemudian mereka menetapkan dalil-dalil fikiran untuk pembuktiannya, sedang pembahasan dan pemikiran filsafat lepasdari pengaruh-pengaruh dan kepercayaan-kepercayaan,dan dalam melakukan penyelidikan mereka menyusun dalil-dalil fikiran sampai mencapai suatu hasil (conclusi), bagaimanapun juga adanya hasil ini mereka pegangi kuat-kuat.
  2. Dari segi pembinaannya, juga ada perbedaan antara ilmu kalam dan ilmu filsafat islam. Ilmu kalam timbul berangsur-angsur dan mula-mula hanya merupakan beberapa persoalan yang terpisah-pisah. Lain halnyan dengan filsafat islam, yang tidak lagi timbul berangsur-angsur, tetapi sudah melalui fase pertumbuhan di yunani sendiri maupun di neregi-negeri lainnya.

 

Perbedaan metode antara qur’an dan ilmu kalam

Ilmu kalam membicarakan tentang kepercayaan-kepercayaan islam yang sebagian besarnya disebutkan qur’an dan tujuannya sama, yaitu mengajak manusia menganut kepercayaan-kepercayaan tersebut, namun ada perbedaan dalam cara menguraikannya.

Qur’an dalam ajakannya untuk iman memanggil jiwa hampir setiap manusia, dari yang masih bersahaja sampai kepada yang telah maju, mengakui adanya tuhan yang menciptakan alam dan mengaturnya.

Ilmu kalam islam dengan ilmu kalam yahudy

Antara theology islam dan theology yahudi terdapat tiga persoalan yang sama, yaitu:

  1. Tasybih (assimilation)
  2. Jabr dan ikhtiyar (determinism atau predestination dan indeterminism atau free-will)
  3. Raja’ah (second coming)

Theology masehi

Agama masehi tidak lagi seperti pada waktu hidupnya nabi Isa atau sahabat-sahabatnya, sebagaimana halnya dengan agama–agama lain. Kata-kata seperti “Anak Allah”, “kalimat Allah” dan lain-lain tidak lagi difahamkan menurut lahir kata-kata it, tetapi sudah mulai ditafsirkan. Hal ini terjadi sesudah ligkungan masehi bertemu dengan filsafat Yunani pada keabad 2 masehi.

Ada 3 hal hasil pemikiran aliran rasionalis, diantaranya:

  1. ISADAN AL-MASIH

Dalam injil disebutkan bahwa al-masih itu anak allah dan kalimat allah, dan ditempat lain disebutkan isa itu al-masih. Kalau isa itu al-masih dan al-masih itu anak allah dan kalimatnya, maka artinya isa itu anak allah dan kalimatnya.

 

  1. OKNUM

Oknum artinya prinsip atau dasar dan jumlahnya ada 3, yaitu wujud ilmu dan hidup. Nama oknum dan pembatasan pada bilangan tersebut timbul karena filsafat yunani, contohnya seperti teori idea plato dan triadnya plotinus yaitu yang esa (the first, the one) logos, (akal) dan jiwa alam (soul of the world).

  1. QODAR DAN IKHTIAR

Orang-orang masehi sebagai golongan beragama juga membicarakan hubungan manusia dengan tuhan. Apakah hubungan tersebut  berupa peleburan diri dengan tuhan dan apa yang ada pada makhluk adalah perbuatannya dan tanda kekuasaannya atau dengan perkataan lain dalam bentuk jabr.

Aliran-aliran ilmu kalam

Mu’tazilah

Aliran mu’tazilah adalah aliran fikiran islam yang terbesar dan tertua, yang telah memainkan peranan yang sangat penting orang yang hendak mengetahui filsafat islam yang sesungguhnya dan yang berhubungan dengan agama dan sejarah pemikiran islam haruslah menggali buku-buku yang dikarang oleh orang-orang yang lazim disebut filosofi-filosofi islam, seperti ibnu sina dan lain-lain.

Nama “mu’tazilah” bukan ciptaan orang-orang mu’tazilah sendiri, tetapi diberikan oleh orang lain. Orang-orang mu’tazilah menamakan dirinya “ahli keadilan dan keesaan” (ahluladli wa at-tauhid). Orang-orang mu’tazilah dengan giatnya mempelajari filsafat yunani untuk mempertahankan pendapat-pendapatnya dan ajaran-ajaran islam.

Menurut al-bagdadi dalam kitabnya (al-farqu binal firaqi) aliran mu’tazilah terpecah-pecah menjadi 22 golongan, 2 diantaranya dianggap telah keluar dari islam. Meskipun terpecah-pecah, namun semuanya masih tergabung dalam kelima pokok ajaran mereka, diantaranya: tauhid (pengesaan), al-adl (keadilan), wa’d wal wa’id (janji ancaman), al-manzilah baina al-manzilatain (tempat diantara dua tempat), amar ma’ruf nahi munkar (perintah kebaikan dan melarang kejahatan).

Kelima prinsip tersebut merupakan dasar utama yang harus dipegangi oleh setiap orang yang mengakui dirinya sebagai orang mu’tazilah dan sudah menjadi kesepakatan mereka semua. Sebenarnya tiada terdapat kesatuan aliran yang disebut aliran mu’tazilah, tetapi yang ada ialah bermacam-macam aliran yang timbul dan berkembang sekitar orang-orang tertentu, sebagaimana halnya dengan bermacamnya aliran filsafat seperti : stoi, epicurus, phytagoras, dan lain-lain yang kesemuanya dinamakan filsafat yunani.

Tokoh-tokoh mu’tazilah banyak sekali. Tetapi sebagian saja yang disebutkan, yaitu yang nampak jelas peranannya dalam perkembangan aliran mu’tazilah, baik berupa buah fikiran maupun usaha lainnya.

Tokoh-tokoh mu’tazilah diantaranya:

a). Wasil bin ‘ata al-ghazal (80-131 H. Atau 699 M)

b). Abu al huzail al-allaf (135-226 H atau 753-840 M)

c). Ibrahim bin sayyar an-nazzam (wafat 231 H atau 845 M)

Setelah beberapa puluh tahun lamanya golongan mu’tazilah mencapai kepesatan dan kemegahannya, akhirnya mengalami kemunduran. Kemunduran ini sebenarnya karena perbuatan mereka sendiri. Mereka hendak membela/memperjuangkan kebebasan berfikir akan tetapi mereka sendiri memusuhi orang-orang yang tidak mengikuti pendapat-pendapat mereka. 

Aliran Asy’ariyyah

Dalam suasana ke-mu’tazilah-an yang keruh. Munculah al-asy’ary, dibesarkan dan dididik sampai mencapai umur lanjut. Ia telah membela aliran mu’tazilah sebaik-baiknya, akan tetapi aliran tersebut kemudian ditinggalkannya. Bahkan memberinya pukulan-pukulan hebat dan menganggapnya lawan yang berbahaya.

Namanya Abdul-Hasan Ali bin Ismail Al-Asy’ary keturunan dari Abu Musa Al-Asy’ary, salah seorang dalam sengketa antara Ali dan Mu’awiyah. Al-asy’ary meninggalkan kenangan-kenangan, kurang lebih berjumlah 90 buah dalam berbagai lapangan. Ia menolak fikiran-fikiran aristoteles, golongan materialis, antropomoirfis, khawarij, dan golongan islam lain. Akan tetapi sebagian kegiatannya ditunjukan untuk menghadapi orang-orang mu’tazilah seperti, juhbay, abil huzail dan lain-lain. Sebagaimana ditunjukan terhadap dirinya sendiri sewaktu ia masih menjadi pengikut mu’tazilah.

Dua corak yang kelihatannya berlawanan pada diri al-asy’ary,akan tetapi sebenarnya saling melengkapi.

  1. Ia berusaha mendekati  orang-orang aliran fiqh suni. Sehingga ada yang menyatakan bahwa, ia bermadzhab syafi’i. Yang lain mengatakan ia bermadzhab maliki. Lainnya lagi mengatakan bahwa ia bermadzhab hanbali.
  2. Adanya keinginan menjauhi aliran-aliran fiqih.

Tokoh-tokoh aliran asy’ariyyah, diantaranya:

a). Al-baqillany (wafat 403 H/1013 M)

b). Al-Juwainy (419-478 H/ 1028-1085 M)

c). Al-Ghazali (450-505 H)

d). Assanusy (833-395  H/ 1427-1490 M).

 

Aliran Maturidiyyah

Aliran maturidiyah mendasarkan fikiran-fikirannya dalam soal-soal kepercayaan kepada fikiran-fikiran Imam Abu Hanifah yang tercantum dalam kitabnya “ Al-fiqh Al-akbar” dan “Al-fiqih Al-Absat”dan memberikan ulasan-ulasannya terhadap kedua kitab tersebut Al-maturridy meninggalkan karang-karang yang banyak dan sebagian besarnya dalam lapangan ilmu tauhid.

 

IBN RUSYD

Ia adalah abdul walid  muhammad bin ahmad bin muhammad bin Rusyd. Ia dilahirkan di cordova (spanyol) dari suatu keluarga yang terkenal, neneknya yaitu Muhammad bin Rusyd. Seorang ahli fiqih madzhab maliki, madzhab gresmi negara waktu itu dan menjadi hakim di cordova, kitab yang dikarangnya dalam fiqih maliki ialah “almuqaddimat”.

 

Beberapa Persoalan Ilmu Kalam

 

WujudTuhan

Pembuktian adanya tuhan benar-benar telah dibicarakan golongan-golomgan Islam, baik aliran-aliran Ilmu Kalam maupun filosofi-filosofi Islam. Golongan-golongan yang telah mengambil bagian dalam soal “wujud Tuhan” ada empat:

  1. Aliran Mu’tazilah, dan Asy’ariyyah

Mereka mengemukakan dua jalan, yaitu dalil jauhar fard dan dalil wajib mumkin.

  1. Aliran Maturidy.

Ia mengemukakan 3 dalil, diantaranya: dalil perlawanan aradl, dalil terbatas dan tidak terbatas, dalil causalitet, perobahan dalam perhatian.

  1. Aliran Tasawuf,

Golongan ini dalam dalam membuktikan adanya tuhan tiada mengambil logika, tidak memakai premise (pendahuluan qiyas) dan conclusi, tetapi pengetahuannya tentang wujud tuhan, Tuhan didasarkan atas Radiasi rohani (al-Israq) atau penerkaan tasawuff batin (al-hadas as-sufi).

  1. Aliran Ibn Rusyd

Dalil yang dipakai untuk menetapkan wujud Tuhan harus berupa dalil axioma, jelas sesuai dengan akal dan syara’ dan tidak berbelit-belit seperti dalil-dalil Ulama kalam; yaitu dalil-dali yang mudah diterima setiap orang, baik orang biasa ataupun orang-orang tertentu dan yang bisa menanamkan keinginan mencapai tingkat orang-orang pandai

 

Keesaan Tuhan

Dalil keesaan Tuhan ada tiga macam, yaitu:

  1. Dalil filosofi-filosofi islam.

Al-Kindy, dalam membuktikan keesaan Tuhan, menggunakan jalan fikiran logika. Ia mengatakan kalau sekiranya Tuhan yang menjadikan alam ini banyak, tentulah Tuhan-Tuhan itu mempunyai sifat yang sama.

  1. Dalil Ulama Kalam

Dalil mereka terkenal dengan nama dalil “tolak belakang” (at-tamanu’) yang dipakai oleh aliran Asy’ariyyah, Mu’tazilah, dan Maturidiyyah.

  1. Dalil Ibn Rusyd

Dalam membuktikan keesaan Tuhan, ibn Rusyd menggunakan dalil-dalil syara’ yang ditujukan kepada hati dan fikiran, atau kepada orang-orang biasa dan oprang-orang tertentu

 

 

 

ZatdanSifat

Kaum muslimin abad pertama hijriah kalau bertemu dengan ayat-ayat mutasyabihat atau ayat-ayat yang membicarakan sifat-sifat Tuhan, seperti ayat-ayat yang berisi tangan tempat bagi Tuhan, tidak mau membicarakan isinya, juga tidak mau menakwilkan, meskipun mereka berpendirian seharusnya tidak di artikan menurut lahirnya, karena Tuhan maha suci dan tidak bisa disamakan dengan makhlu. Akan tetapi pada masa sesuda mereka, timbullah persoalan sifat dan menjadi pembicaraan golongan-golongan, antara lain:

  1. Golongan Mutasyabbihah
  2. Mu’tazilah
  3. Filosofi-filosofi islam
  4. Asy’ariyyah
  5. Ibn rusyd

Sifat-SifatAktif (sifat perbuatan)

Ulama kalam tidak sama pendapatnya tentang sifat Tuhan berupa perbuatan perbuatan, baik tentang definisinya maupun tentang qadim-hadisnya.

  1. Menurt golongan Mu’tazilah, setiap yang biasa jugaada dan bisa  tidak ada disebut sifat aktifa, seperti menjadikan, memberi rizqi, berbicara dan lain-lain.
  2. Menurt aliran Asy’ariyyah, sifat aktifa ialah sifat yang apabila tidak ada, maka tidak mengharuskan adanya sifat-sifat lawan. Sepeti menghidupkan, menjadikan dan memberi rizqi. Sifat aktifa adalah baru.
  3. Maturidy mengatakan sifat-sifat aktifa adalah qadim, seperti sifat zat.

SifatIlmu

Sifat ilmu telah dibicarakan empat aliran, yaitu:

  1. Aliran Mu’tazilah. Aliran ini tidak mengingkari sifat “Ilmu”, tetapi mereka mempersamakannya dengan zat Tuhan.  Tuhan mengetahui dengan “Ilmu” dan “Ilmu” ini adalah zatNya.
  2. Aliran Asy’ariyyah. Asy’ariyyah menyatakan bahwa kita tidak bisa mengetahui hakekat ilmu Tuhan, sebagaimana yang difikirkanNya sendiri sebagai berikut : “mereka tidak meliputi sesuatu dari ilmuNya” (Baqarah 255)
  3. Maruridy. Maturidy menetapkan juga sifat ilmu, didasarkan atas ayat-ayat al-qur’an dan dikuatkan dengan dalil akal-fikiran, yang didapatkan dari tanda-tanda kebijaksanaan Tuhan, ketelitianNya dan perhatianNya terhadap alam ini.
  4. Ibn Rusyd. Pendapatnya mirip dengan pendapat Asy’ary dan Maturidy, yaitu menetapkan adanya sifat ilmu.sifat ini dapat dibuktikan dengan adanya ketelitian susunan alam ini.
  5. Filosof-filosof Islam. Filosof-filosof islam seperti Al-Faraby dan Ibnu Sina, mengatakan bahwa ilmu Tuhan bersifat kully, artinya Tuhan hanya mengetahui hal/soal-soap yang kecil.

SifatKalam

Pekataan Tuhan (kalam) ialah apa yang diwahyukan kepada manusia melalui orang-orang pilihan-Nya, yaitu Rasul dan Nabi-nabi berisi peraturan-peraturan untuk kebahagiaan manusia, berupa keparcayaan Allah, syari’at dan akhlak.

Pihak-pihak yang membicarakan soal tersebut ialah:

  1. Aliran Mu’tazilah.

Aliran Mu’tazilah melihat Qur’an sebagai suatu perkataan ynag terdiri dari huruf dan suara, artinya disamakan dengan perkataan yang biasa dikenal.

  1. Ibn Hambal

Ia terkenal sebagai pelopor golongan yang mengatakan bahwa Qur’an adalah qadim dan yang karenanya ia mengalami tekanan berat dan siksaan dari penguasanya.

  1. Asy’ariy

Menurut sebagian penulis, seperti Assyihristany dan Ahmad Amin, Imam Asy’ary membagi perkataan Tuhan kepada dua bagian, yaitu: perkataan yang ada pada ztNya (kalam nafsy) dan perkataan yang terdiri dari kata-kata dan huruf. Perkataan ini baru dan makhluk (diadakan).

  1. Maturidy

Pemecahan Maturidy terhadap soal Qur’an sma dengan pemecahan Al-Asy’ary.

 

 

  1. Ibn Rusyd

Ibn Rusyd membenarkan adanya sifat “kalam“ pada Tuhan, sebagai kelanjutan dari sifat ilmu dan qodrat.

KejismianTuhan

Dalam soal ke-jisim-an ada tiga aliran, yaitu:

  1. Aliran Mutasyabbihah.

Mereka dengan tegas-tegas menyatakan bahwa Tuhan adalah jisim, bahkan seperti manusia, ber-anggota badan, ber-arah, bergerak dan sebagainya.

  1. Aliran Ulama Kalam.

Ulama kalam menyatakan tegas-tegas kebalikannya, yaitu tuhan tidak mungkin berjisim.

  1. Ibn Rusyd.

Menurut Ibn Rusyd, soal kejismian termasuk soal yang tidak disinggung-singgung Syara’. Menurut Ibn Rusyd kita dalam hal ini harus mengikuti syara’ yaitu tidak usah membicarakannya.

Arah

Perbedaan pendapat antara kaum muslimin dalam soal “arah” adalah perbedaan yang prinsipil, tidak seperti dalam soal-soal lain yang hingga kini hanya perbedaan dalam lahir, karena salah memahami persoalan atau karena perbedaan cara memandang.

  1. Musabihah dan karramiyah. Golongan ini, menetapkan arah bagi tuhan, yaitu di Arasy.
  2. Mu’tazilah. Mereka dengan tegas mengingkari arah bagi Tuhan.
  3. Asy’ariyyah. Pendapatnya tentang soal arah lebih mendekati kepada pen-jismian Tuhan, meskipun ia terkenal sebagai Ulama Salaf.
  4. Maturidy. Ia sependapat dengan aliran Mu’tazilah dan menakwilkan ayat Arasy.
  5. Ibn Rusyd. Pendapatnya soal arah menyimpang dari kebiasaannya. Ia mengikuti Asy’ary dan golongan Mu’tasabbihah.

Ru’yat

Soal ru’yat bertalian erat dengan ke-jismian dan arah menjadi salah satu bahan perselisihan yang penting antara aliran-aliran islam, meskipun masing-masing aliran tersebut mendasarkan pendapatnya kepada Qu’an.

KeadilanTuhan

Ulama Muslim tidak sama pemahamannya terhadap IRADAH TUHAN (kemauan/kehendak Tuhan). Aliran Asy’ariyyah mengatakan bahwa kehendak Tuhan mutlak, karena hanya ia sendiri yang menguasai alam ini dan bisa berbuat sekehendakNya. Namun, aliran Mu’tazilah dan Maturidy sebaliknya mengatakan bahwa perbuatan Tuhan dipersamakan dengan perbuatan manusia.

QadadanQadar

Persoalan qada dan qadar tidak habis-habisnya dibicarakan orang hingga sekarang dan tidak ada kesepakatan pendapat. Perbedaan pendapat dalam soal tersebut terutama karena adanya beberapa ayat al-qur’an yang pengertian lahirnya saling bertentangan.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

KESIMPULAN

Dalam bagian ini akan disimpulkan pendapat ke-empat aliran ilmu kalam, yaitu Asy’ariyyah, Mu’tazilah dan Maturiddiyah, dan Ibn Rusyd.

  1. Asy’ariyyah

Dalam membuktikan adanya Tuhan mereka menggunakan teori atom dan teori wajib-mumkin, teori-teori mana tidak memuaskan akal fikiran dan tidak sejalan dengan jiwa Syara’. Pendapat aliran Asy’ariyyah  biasanya dikatakan mewakili golongan Ahli Sunnah.

  1. Mu’tazilah

Dalam soal wujud Tuhan dan keesaannya sama dengan aliran Asy’ariyyah, artinya tidak memberikan dalil yang memuaskan.

  1. Maturidiyyah

Aliran maturidiyah bermaksud mempertemukan aliran Mu’tazilah dengan aliran Asy’ariyyah kedua-duanya dianggap mewakili ahli-sunnah.

  1. Ibn Rusyd

Pada umumnya Ibn Rusyd dapat membuktikan kepercayaan Islam dengan bukti-bukti atau dalil-dalil yang dapat diterima akal dan dapat memperbaiki pendapat-pendapat aliran Mu’tazilah. Hanya dalam satu soal saja, yaitu soal ARAH, ia menetapkan adanya, di mana ia menyalahi kebanyakan Ulaama Kalam, karena ia tetap memegangi lahir nas-nas Syara’.

 

 

 

 

 

 

 

Daftar  Pustaka:

HANAFI, Ahmad. Theology Islam: Ilmu Kalam / Ahmad Hanafi. Bulan Bintang, 19993

This entry was posted in Uncategorized. Bookmark the permalink.

Leave a comment